Huta Siallagan adalah sebuah desa adat Batak Toba kuno yang ikonik dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah paling populer di Pulau Samosir, Sumatera Utara. “Huta” berarti desa atau perkampungan, sedangkan “Siallagan” adalah nama marga dari raja yang mendirikan dan memimpin perkampungan ini.
Terletak di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Huta Siallagan menawarkan gambaran nyata tentang kehidupan sosial, sistem hukum, arsitektur, dan kepercayaan masyarakat Batak di masa lampau. Desa ini sering disebut sebagai “Kampung Batu” karena peninggalan utamanya yang terbuat dari batu-batu megalitikum.
Keunikan dan Daya Tarik Utama Huta Siallagan
Huta Siallagan terkenal karena kompleks bebatuan yang digunakan untuk sistem peradilan pada zaman Raja Siallagan. Kompleks ini dibagi menjadi dua area utama:
1. Batu Parsidangan (Kursi Batu untuk Rapat dan Pengadilan)
- Ini adalah area pertama yang akan Anda temui saat memasuki Huta Siallagan.
- Terdiri dari susunan kursi dan meja yang terbuat dari batu-batu besar yang dipahat.
- Di sinilah Raja Siallagan bersama para tetua adat (partona) dan penasihatnya berkumpul untuk rapat, membahas masalah kampung, dan mengadili perkara.
- Terdakwa akan didudukkan di tengah untuk diadili. Jika terbukti bersalah atas kejahatan ringan (seperti mencuri), ia akan dihukum pasung. Namun, jika kejahatan yang dilakukan sangat berat (seperti membunuh, memperkosa, atau menjadi mata-mata musuh), ia akan dibawa ke area eksekusi.
2. Batu Parsiahan (Batu Eksekusi)
- Ini adalah area kedua yang letaknya tidak jauh dari Batu Parsidangan, yang menjadi pusat perhatian utama para wisatawan karena ceritanya yang dramatis.
- Di sini, terpidana mati akan dieksekusi. Menurut cerita turun-temurun, sebelum dieksekusi, terpidana akan disiksa terlebih dahulu untuk melemahkan ilmu gaibnya.
- Di tempat inilah terdapat sebuah batu panjang tempat terpidana dibaringkan untuk dipenggal kepalanya dengan pedang.
- Kisah kanibalisme sering dikaitkan dengan tempat ini. Konon, setelah dieksekusi, bagian tubuh tertentu seperti jantung dan hati akan dimasak dengan bumbu khas dan dimakan bersama oleh raja dan para panglima. Hal ini bukan dilakukan karena kelaparan, melainkan sebagai sebuah ritual untuk menyerap kekuatan dan keberanian musuh serta memberikan efek jera yang luar biasa bagi siapa pun yang berani mengganggu kedaulatan Huta Siallagan.
- Praktik ini sudah lama sekali ditinggalkan seiring dengan masuknya ajaran agama Kristen ke Tanah Batak yang dibawa oleh misionaris Ludwig Ingwer Nommensen.
Proses Pengadilan dan Eksekusi (Menurut Cerita):
- Terdakwa akan diadili di tempat ini.
- Jika terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman mati, ia akan dipasung terlebih dahulu selama beberapa hari.
- Sebelum eksekusi, datu akan membaca pertanda dari hati seekor ayam untuk menentukan hari baik.
- Pada hari eksekusi, mata terpidana ditutup dengan daun, lalu tubuhnya dibaringkan di atas batu eksekusi. Algojo kemudian akan memenggal kepalanya dengan pedang.
- Konon, menurut legenda yang paling terkenal, organ tubuh seperti jantung dan hati terpidana akan diambil, dicincang, dimasak dengan darah, dan dimakan bersama oleh raja dan para tetua. Ritual kanibalisme ini dipercaya bertujuan untuk menyerap kekuatan spiritual musuh dan mencegah roh jahatnya mengganggu desa.
Arsitektur dan Peninggalan Lainnya
Selain Batu Parsidangan dan Batu Parsiahan, Huta Siallagan juga menampilkan kekayaan arsitektur dan budaya lainnya:
- Rumah Bolon: Desa ini dikelilingi oleh rumah-rumah adat Batak Toba yang disebut Rumah Bolon. Rumah panggung ini dibangun tanpa paku, memiliki atap ijuk yang menjulang tinggi, dan dihiasi dengan ukiran khas Batak yang disebut Gorga. Setiap ukiran memiliki makna filosofis, seperti penolak bala, kesuburan, dan kemakmuran.
- Tembok Pertahanan (Parik): Seluruh perkampungan dikelilingi oleh tembok batu yang disusun rapi dan diperkuat dengan tanaman bambu berduri. Ini berfungsi sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh atau binatang buas di masa lalu.
- Makam Raja-Raja: Di dalam kompleks Huta Siallagan, terdapat juga makam-makam kuno dari batu (sarkofagus) yang merupakan tempat peristirahatan Raja Siallagan dan keturunannya.
Huta Siallagan Sebagai Destinasi Wisata Modern
Saat ini, Huta Siallagan telah direvitalisasi oleh pemerintah menjadi objek wisata yang sangat tertata rapi dan informatif. Pengunjung dapat:
- Menyewa Pemandu: Untuk mendapatkan cerita yang lebih detail dan akurat mengenai sejarah dan setiap objek di dalamnya.
- Menyaksikan Pertunjukan Budaya: Terkadang diadakan pertunjukan tari Tortor dan musik Gondang Sabangunan untuk menyambut wisatawan.
- Berfoto dengan Pakaian Adat: Pengunjung bisa menyewa ulos (kain tenun khas Batak) untuk berfoto dengan latar belakang Rumah Bolon dan peninggalan batu.
- Belanja Suvenir: Di sekitar area, banyak terdapat toko yang menjual kerajinan tangan khas Samosir, seperti ukiran kayu, patung, dan berbagai jenis ulos.
Kesimpulan
Huta Siallagan bukan hanya sekadar desa wisata biasa, melainkan sebuah museum hidup yang memberikan wawasan mendalam tentang peradaban Batak Toba di masa lalu. Ia adalah perpaduan unik antara budaya megalitikum, sistem hukum tradisional yang keras, arsitektur yang megah, dan legenda yang memikat. Mengunjungi Huta Siallagan adalah sebuah keharusan bagi siapa saja yang ingin memahami jiwa dan sejarah masyarakat Batak di tepi Danau Toba.