Rumah Tjong A Fie (Tjong A Fie Mansion) adalah salah satu bangunan cagar budaya dan ikon sejarah paling penting di Kota Medan, Sumatera Utara. Terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 105, kawasan Kesawan, rumah ini bukan sekadar bangunan tua yang indah, tetapi juga sebuah museum hidup yang menceritakan kisah seorang tokoh besar, Tjong A Fie, serta perkembangan Kota Medan pada awal abad ke-20.

Sejarah Singkat Rumah Tjong A Fie

Rumah ini dibangun oleh Tjong A Fie (1860-1921), seorang saudagar Hakka yang merantau dari Tiongkok ke Medan pada akhir abad ke-19. Dengan kerja keras dan kecerdasan bisnisnya, ia berhasil menjadi salah satu orang terkaya dan paling dihormati di Hindia Belanda. Ia menjabat sebagai Majoor der Chineezen (Mayor Tionghoa) di Medan, sebuah posisi yang memberinya wewenang untuk memimpin komunitas Tionghoa.

Rumah ini berfungsi sebagai kediaman pribadi sekaligus pusat bisnisnya. Dari sinilah Tjong A Fie mengelola berbagai usahanya, mulai dari perkebunan, pabrik gula, hingga perbankan, sambil menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan, termasuk Sultan Deli, pemerintah Belanda, dan masyarakat lokal.

Setelah kematiannya, rumah ini diwariskan kepada keturunannya dan kini dikelola oleh yayasan untuk dilestarikan sebagai museum yang terbuka untuk umum sejak tahun 2009.

Arsitektur dan Desain: Perpaduan Tiga Budaya

Daya tarik utama Rumah Tjong A Fie adalah arsitekturnya yang eklektik, yaitu perpaduan harmonis antara tiga gaya budaya yang berbeda:

  1. Gaya Arsitektur Tiongkok (Cina):
    • Tata Letak Feng Shui: Seluruh bangunan dirancang mengikuti prinsip Feng Shui untuk mendatangkan keberuntungan, keharmonisan, dan kemakmuran.
    • Halaman Dalam (Courtyard): Terdapat dua halaman terbuka di tengah bangunan yang berfungsi sebagai pusat sirkulasi udara dan cahaya alami, ciri khas rumah tradisional Tiongkok.
    • Ornamen dan Ukiran: Detail ukiran kayu pada pintu, jendela, dan langit-langit menampilkan motif khas Tiongkok seperti naga, burung phoenix, dan bunga-bungaan yang penuh makna filosofis.
    • Altar Leluhur: Di salah satu ruangan utama, terdapat kuil atau altar keluarga yang megah untuk menghormati para leluhur, lengkap dengan foto-foto dan persembahan.
  2. Gaya Arsitektur Eropa (Art Deco & Victoria):
    • Fasad Bangunan: Tampak depan rumah ini didominasi oleh pilar-pilar kokoh gaya Eropa, jendela-jendela besar, dan balkon yang elegan, mencerminkan kemewahan gaya hidup bangsawan Eropa pada masa itu.
    • Lantai Ubin: Lantai keramiknya yang bermotif indah didatangkan langsung dari Italia dan Inggris.
    • Ruang Dansa (Ballroom): Lantai dua memiliki sebuah ruang dansa yang luas dengan langit-langit tinggi, tempat Tjong A Fie menjamu tamu-tamu pentingnya, termasuk para pejabat Belanda dan Sultan Deli.
  3. Gaya Arsitektur Melayu:
    • Atap dan Ventilasi: Desain atapnya yang landai dengan ventilasi silang di bagian atas dinding (lubang angin) merupakan adaptasi cerdas terhadap iklim tropis Medan, memastikan rumah tetap sejuk dan nyaman.
    • Penggunaan Kayu: Elemen-elemen kayu yang dominan memberikan nuansa hangat dan alami khas rumah-rumah di tanah Melayu.

Tata Ruang dan Interior

Memasuki Rumah Tjong A Fie serasa kembali ke masa lampau. Sebagian besar perabotan di dalamnya masih asli dan terawat dengan baik. Rumah ini terdiri dari dua lantai dengan lebih dari 35 ruangan. Setiap ruangan memiliki fungsi dan desain yang spesifik.

  • Lantai Bawah: Digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan bisnis. Terdapat ruang tamu untuk umum, ruang makan keluarga, kamar tidur Tjong A Fie dan istrinya, serta dapur. Perabotan yang dipajang sebagian besar masih asli, didatangkan dari Tiongkok dan Eropa, seperti lemari berukir, meja marmer, dan lampu kristal.
  • Lantai Atas: Lebih bersifat privat dan seremonial. Di sinilah letak ruang dansa yang megah, kamar-kamar tamu, dan altar leluhur. Di dinding-dindingnya terpajang foto-foto bersejarah yang menceritakan kisah hidup Tjong A Fie, keluarganya, serta interaksinya dengan tokoh-tokoh penting pada zamannya.

Makna dan Signifikansi

Rumah Tjong A Fie lebih dari sekadar rumah mewah. Ia adalah simbol dari:

  • Multikulturalisme: Keberhasilan memadukan tiga budaya dalam satu atap mencerminkan semangat pluralisme yang dianut Tjong A Fie dan menjadi ciri khas Kota Medan.
  • Filosofi Hidup: Rumah ini adalah wujud dari filosofi Tjong A Fie yang terkenal, yaitu “Dari masyarakat, untuk masyarakat.” Kekayaannya tidak hanya dinikmati sendiri, tetapi juga digunakan untuk membangun kota dan membantu sesama tanpa memandang suku atau agama.
  • Peninggalan Sejarah: Sebagai cagar budaya yang terawat dengan sangat baik, rumah ini menjadi jendela bagi generasi sekarang untuk melihat dan memahami kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya di Medan pada awal abad ke-20.

Mengunjungi Rumah Tjong A Fie adalah seperti melakukan perjalanan waktu. Pengunjung tidak hanya disuguhi keindahan arsitektur yang memukau, tetapi juga diajak untuk menyelami kisah hidup seorang filantropis besar yang visinya turut membentuk wajah Kota Medan. Rumah ini adalah warisan berharga yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin mengenal sejarah dan jiwa kota ini.